Surabaya – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Surabaya mengungkap dugaan tindakan brutal aparat kepolisian terhadap sejumlah demonstran yang ditangkap pasca aksi unjuk rasa di Surabaya pada akhir Agustus lalu.
Dalam konferensi pers yang digelar, KontraS memutar video kesaksian korban yang mengaku mengalami penganiayaan fisik dan bahkan kekerasan seksual selama proses penangkapan dan pemeriksaan di Mapolrestabes Surabaya.

Seorang korban bernama samaran Warno, mengaku dipukuli dengan selang, tongkat, dan sabuk di bagian punggungnya. Tindakan serupa juga dialami oleh sekitar 150 orang lainnya yang ditangkap.
Pengakuan lebih mengejutkan datang dari Warni (nama samaran), yang mengungkapkan dugaan kekerasan seksual saat tes urine. Ia dipaksa polisi mengoleskan balsam ke alat vitalnya secara bergantian dengan tahanan lain.
"Pas tes urine alat kelamin kami dikasih balsam. Gantian saya ngasih balsam duluan [kemudian berlanjut]. Ya anak-anak [dipaksa] ayo kencing ayo kencing, terus misal kencingnya cuma satu tetes dua tetes langsung disikat [dipukul]," ungkap Warni dalam video tersebut.
Zaldi Maulana dari KontraS Surabaya menjelaskan, para korban dipaksa saling mengoleskan balsam ke kemaluan masing-masing dan dilarang ke kamar mandi. Akibatnya, para korban mengalami trauma psikologis mendalam.
KontraS Surabaya mendesak Polri menghentikan penangkapan massal, membebaskan tahanan, dan menghormati hak-hak hukum para demonstran. Mereka juga meminta Komnas HAM dan PBB turun tangan melakukan investigasi.
abby4montana.com telah berupaya mengonfirmasi dugaan ini kepada pihak Polrestabes Surabaya, namun belum mendapat respons.